Pelajaran
Pokok atau Pramuka ?
Karya : Adi Oktafian (1)
Suatu pagi di kelas X suatu
sekolah.
Ibu Guru : "Selamat
pagi anak anak."
Murid
:
"Selamat pagi bu guru."
Ibu Guru : "Hari ini
sudah siap untuk ulangan?"
Murid
:
"Belum bu."
Ibu Guru
: "Lah kalian ini semalam
belajar atau tidak? Kan sudah ibu ingatkan kalau hari ini
ulangan."
Murid
:
"Tidak bu, semalam kami belajar materi pramuka untuk siang nanti."
Ibu Guru : "Kenapa
kalian lebih mementingkan pramuka?"
Murid
:
"Karena kalau tidak begitu nanti kami akan dibentak oleh kakak dewan bu,
dan kata-kata mereka sangat menyakitkan hati."
Terlalu
Bersemangat
Karya : Afrida Shania (2)
Di suatu
pagi yang cerah, terdapat seorang guru di sebuah kelas yang sedang menerangkan
kepada murid-muridnya mengenai kurikulum 2013......
Guru
: “Ya,
anak-anak akan bapak jelaskan mengenai kurikulum 2013 saat ini,
jadi di kurikulum 2013 saat ini, kita diharuskan untuk
lebih aktif dalam pelajaran,
contohnya kalian harus aktif bertanya.”
Murid A
: “Oh, jadi
begitu ya, pak”
Guru
: “Iya.
Selain itu, sopan santun kalian juga bapak nilai, dari senyum
kepada bapak ibu guru,
memberi salam dan lain-lain.”
Murid A
: “Jadi, kalo
kita bertemu bapak ibu guru kita harus senyum ya pak?”
Guru
: “Iya,
kan sudah bapak jelaskan tadi.”
Murid A
: “Pak, apakah
buku yang digunakan di kurikulum 2013 berbeda dengan
KTSP?” (mulai tersenyum)
Guru
: “Ya
tentu saja berbeda, kalian sudah disediakan buku di perpustakaan
oleh pemerintah, jadi kalian tidak usah membeli
lagi.”
Murid A
: “Pak, mengapa
saya belum mendapatkan bukunya?” (sambil
tersenyum)
Guru
: “Ya,
karena kamu belum meminjamnya di perpustakaan”
Murid A
: “Oh begitu ya,
pak. Apakah buku tulis disediakan dari pemerintah?”
(sambil tersenyum)
Guru
: “Iya.
Tentu saja tidak, kalian harus membeli buku tulis sendiri.”
Murid A
: “Buku tulis
yang digunakan buku tulis yang besar atau yang kecil pak?”
(sambil tersenyum)
Guru
: “Ya
terserah kamu saja. Kamu lebih suka memakai yang besar atau
yang kecil?”
Murid A
: “Oh, begitu.
Pak apakah bulpoin yang digunakan boleh memakai
bulpoin warna-warni.” (sambil
tersenyum)
Guru
: “Ya
terserah kamu saja.” (mulai kesal)
Murid A
: “Pak, apakah
kerapian kita dalam memakai seragam juga dinilai?”
(sambil tersenyum)
Guru
: “Ya
tentu saja.” (kesal)
Murid A
: “Apakah
menolong guru mendapatkan nilai tambahan pak?” (sambil
tersenyum)
Guru
:
“Mengapa daritadi kamu bertanya terus dan sambil tersenyum?”
(kesal)
Murid A
: “Kan kata
bapak kita harus aktif bertanya dan selalu tersenyum saat
bertemu guru, jadi saya mulai mempraktikan
dari sekarang pak.”
(sambil tersenyum)
Guru
: “Tidak
begitu juga” (kesal)
Bukan Percepatan Tetapi Pengskipan
Karya : Ahamiah Nidaurrifa (3)
Pada suatu siang di sebuah kelas yang dihuni oleh siswa ceria dan imut
sedang berlangsung pelajaran eksyezet. Seorang guru dengan penampilan layaknya
guru bersama buku pegangannya berdiri di depan ruang kelas untuk menjelaskan
materi.
Di sela-sela penjelasan materi, sang guru memberikan tugas kepada siswa untuk
dikerjakan di rumah. Para siswa dengan semangat 5 watt menyetujui
perintah sang guru. Kemudian sang guru melanjutkan materi. Berhubung kelas
tersebut merupakan kelas percepatan, sang guru memberikan penjelasan dengan
cepat.
“Materi ini dapat kalian baca sendiri di rumah,” kata sang kata sang guru.
“Baik, Pak,” jawab siswa.
“Sekarang kita lanjut BAB III,” kata sang guru.
“Hah? Cepat sekali,” jawab siswa sedikit kaget.
Seketika siswa satu kelas tertawa karena merasa begitu cepat sang guru dalam
memberikan penjelasan.
“Kalau seperti ini namanya bukan kelas percepatan, tetapi kelas pengskipan,”
kata seorang siswa.
Mendengar perkataan itu, siswa satu kelas kembali tertawa.
WABAH TIKUS
Karya : Ahmad Anas Fikri (4)
Pada suatu
sore di ruang kelas X terjadi suatu perbincangan antara Somad, Radi, dan Andoy,
saat itu suasananya begitu sepi. sampai detak jam pun terdengar.
Beberapa menit kemudian, somad tiba-tiba
bicara, “hih, Indonesia sekarang terkena wabah tikus. . tikusnya
gede-gede pula”, “Ah apa iya, aku tidak percaya” balas radi,
“iyalah, masa sih, aku juga gak pernah denger Indonesia terkena wabah tikus,
kalo gitu negara kita butuh banyak kucing dong” si Andoy menimpali, “ kalian
gak percaya? Kalian luar binasa, itu loh tikus yang makanannya duit” somad
menjawab, “Aneh” Radi menyeletuk, “Kalian pada gak peka ya. .itu lho tikus
kantor, yang pake dasi, makanannya duit pula” Somad menjelaskan.
Tiba-tiba suasana menjadi mencekam,
mereka saling melirik satu sama lain, dan tiba tiba Andoy tertawa “Huahaha,
owalah yang kamu maksud itu yah”, “apaan sih?” radi bertanya, “dasar lola,
koruptor bro, Koruptor!!, mudeng?” Somad menjawab. “dan Radi pun ikut tertawa
tapi, Radi kembali bingung.
Hanya
Sebuah...
Karya : Alisa Mufidah (5)
Di sebuah ruang kelas di SMA N 107 Kebumen ,saat
jam istirahat ,semua siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.
Tia, seksi kebersihan kelas yang sedang menyapu.
Tiba-tiba ia melihat dea membuang bungkus makanan sembarangan ke lantai kelas
yang sedang disapunya.
Tia
: “woyy!!, enak saja kamu buang sampah
sembarangan!”
Dea
: “So?! ,masalah buat kamu?, lagian sekarang juga sampah
ada dimana-mana, aku cuma nambah satu kok!, sewot amat sih
cuma sampah doang?!”
Tia :
“kalau kamu cuma buang satu tapi setiap hari kan lama
kelamaan jadi banyak!”
Dea :
“sok bijak
banget sih kamu?!, kalo kamu mau bersih ya sekalian aja jadi tukang pungut
sampah atau tukang sapu jalan sana!!”
Kelas mulai ricuh,kericuhan itu mengundang banyak penonton di luar kelas.
Tiba-tiba datang pak guru memasuki kelas.
Guru : “ada
apa ini ribut-ribut?siapa yang berantem?!hadap ke bapak sekarang di ruang
guru!”
Tania yang sedari tadi mengamati Tia dan Dea angkat bicara.
Tania : “cut
cut cut!!”
Dea
: “yah bapak,jangan dianggap serius dong pak,kita lagi latihan drama buat besok
pagi..“
Guru :
“?/#@!+&!?”
LUAPAN HATI KORBAN KURIKULUM
Karya : Anggun Pulihana
Wilujeng (6)
Di dalam
suatu ruangan kelas, timbulah suatu percapakan antara dua orang siswa yang
saling meluapkan isi hati mereka.
Amin : “Ya e lah min, udah jam 1
lewat 2 menit 1 detik masih aja ngerjain tugas.”
Sumin : “Iya nih masih banyak yang belum selesai padahal aku udah begadang semaleman.”
Amin : “Memang keterlaluan ya kurikulum 2013 kita. Katanya sih kurikulum 2013 itu menggunakan CBSA, Cara Belajar
Siswa Aktif. Kenyataannya, kita pusing sendiri.”
Sumin : “Iya, harapannya biar murid aktif, kreatif, inisiatif, dan
berintelek, eh ujung-ujungnya malah jadi telek kebo.”
Amin : “Harapannya sih begitu, tapi realitanya.........”
Sumin : “Tugas disini, tugas disitu, tugas disana, dimana-mana ada
tugas. Itu tugas atau apa?”
Amin : “Jadi, masih adakah waktu lagi untuk kita bisa
beristirahat? Adakah waktu untuk kita bisa bersosialisasi? Cukupkah dalam satu
hari untuk mengerjakan tugas sekolah yang begitu banyak padahal kita sudah
lelah setelah pulang sekolah? Masih adakah waktu lagi bagi kita menikmati indahnya
masa remaja?”
Sumin : “Sakitnya tuh disini min, disini.” (menunjuk hati)
Amin : “Tapi, kita bisa apa? Kita hanyalah seorang siswa, siswa
yang merupakan korban kurikulum luar biasa ini.”
Sumin : “Jadi, CBSA bukan Cara Belajar Siswa Aktif, tapi Catat Buku
Sampai Abis.”
Amin : “Setuju! Kita harus berterima kasih pada pak menteri
akan ide memunculkan kurikulum yang amat berkesan ini.”
Menggambar
Karya : Ash Allukal Abdul
Qodar (7)
Pada pagi hari di sebuah SD
sedang pelajaran SBK. Murid diperintah untuk menggambar. Seorang anak bernama
Koko, dia kebingunan akan menggambar apa, waktu terus berlalu, Koko pun semakin
bingung. Tapi dia punya akal. Diangkatnya pensil yang ujungnya tepat menghadap
ke buku gambar lalu dijatuhkanlah pensil itu.
Lalu setelah waktu menggambar habis, dia dengan
percaya diri menunjukkan gambarnya dan berkata,
“Saya menggambar burung, burungnya terbang jauh,
makannya cuma kelihatan titik aja...”
Mendengar itu, guru dan teman-teman Koko tertawa
terbahak-bahak.
KURIKULUM 2013, ASIK-ASIK
Karya : Aulia Nailurrohmah (8)
Pada suatu hari, seorang guru sedang mengajar muridnya di kelas. Guru tersebut
mensosialisasikan tentang kurikulum 2013. Tiba-tiba salah seorang murid
nyeletuk :
Siswa : Apanya yang asyik pak?
Guru : Ya kurikulumnya
Siswa : Kenapa?
Guru : Emang menurutmu ga asyik?
Siswa : Biasa aja pak
Guru : Kenapa biasa?
Siswa : Katanya asyik, tapi fasilitasnya ga ada
Guru : Mana buktinya?
Siswa : Buku dari pemerintah apa sudah ada pak?
Guru : (menjawab dengan santai) Belum
Siswa : Kalo fasilitas pendukungnya ga ada, belajarnya jadi ga
maksimal dong pak
Akhirnya sang guru pun terdiam dan mengakhiri percakapan tsb.
KUD
Karya : Diva Hardisa Fauziyah
(9)
Beberapa waktu yang lalu di sebuah desa diwajibkan bagi setiap warga untuk
menjual hasil panennya ke koperasi desa tersebut. Seorang warga bertanya kepada
kepala koperasi “ Kenapa kami harus wajib menjual hasil panen kami ke koperasi
ini sedangkan harga yang ditawarkan sangat rendah” kepala koperasi menjawab “
Itu agar semua staff di koperasi makmur”. Warga menjawab “Kenapa kau jawab
seperti itu,bukankah koperasi agar semua anggotanya sejahtera?” kepala koperasi
menjawab “Hahahaa,itu pandangan KUD di masyarakat luas,tapi bagi saya KUD itu
berarti Kuperasi Uang Dirimu”.
Membuat
Undang-Undang Sendiri
Karya : Elfira Muthia
Yunitasari (10)
Suatu hari,
Budi dan Tono sedang berkeliling kota dengan menggunakan mobil baru. Kali ini
Tono yang menyetir. Namun, ketika melewati lampu merah, mobil tersebut langsung
menerobos begitu saja.
Budi :
“ Ton, tadi kan lampu merah, kenapa kamu nerobos aja?”
Tono : “Ah,
engga papa, biasa aja keleus.”
Budi :
“Lho,engga takut ditilang kamu ?”
Tono :
“Enggalah, aku kan juga bisa bikin undang-undang sendiri.”
Budi :
“ Bukannya yang biasanya bikin undang-undang itu DPR ya? Kok kamu bisa ?”
Tono : “
Bisalah “
Tono lalu
menghentikan mobilnya di pinggir jalan.
Budi : “
Kok berhenti, Ton?”
Tono : “ Mau
tahu caraku bikin undang-undang sendiri?”
Budi : (mengangguk)
Tono : “
Ini, nih!”
Tono lalu
mengambil dompetnya dan mengeluarkan selembar uang seratus ribuan.
Budi
: ” Lho, kok uang, Ton?”
Tono
: “Ada uang, tilangan pun hilang!"
SPEEDerman
Karya :
Farida Hikmah Anggraheni (11)
Suasana belajar mengajar pada saat itu masih seperti biasa, sangatlah
suram. Tidak diajak, dan tidak mengajak. Untuk menghindari adanya salahsatu
diantara kami yang terbang ke dunia mimpi, sang guru mulai menaikkan suara
beratnya.
Guru : “Nah, anak-anak. Kalian tahu tidak dari bahasa apakah kata kelajuan itu diambil?”
A : “Saya tau pak, kelajuan diambil dari bahasa inggris, yaitu speed.”
Guru : “Itu jawaban yang salah anak-anak. Jangan kalian contoh ya si A itu. Dia tidak berpengetahuan luas. Saya tidak ingin mengajar murid sok pintar di sini. Duduknya saja didepan tapi pikirannya di belakang. Kelajuan itu berasal dari kata “spiderman”. Spider dan man. Yaitu Seorang pelaju laki-laki yang sangat cepat. Betul anak-anak?”
Spontan gelegar tawa di kelas itu bersahutan. Suara dari pojok kanan belakang memecah.
B : “ Maaf pak, sepertinya ada yang harus ikut bimbel bahasa inggris”.
Guru : “Nah, anak-anak. Kalian tahu tidak dari bahasa apakah kata kelajuan itu diambil?”
A : “Saya tau pak, kelajuan diambil dari bahasa inggris, yaitu speed.”
Guru : “Itu jawaban yang salah anak-anak. Jangan kalian contoh ya si A itu. Dia tidak berpengetahuan luas. Saya tidak ingin mengajar murid sok pintar di sini. Duduknya saja didepan tapi pikirannya di belakang. Kelajuan itu berasal dari kata “spiderman”. Spider dan man. Yaitu Seorang pelaju laki-laki yang sangat cepat. Betul anak-anak?”
Spontan gelegar tawa di kelas itu bersahutan. Suara dari pojok kanan belakang memecah.
B : “ Maaf pak, sepertinya ada yang harus ikut bimbel bahasa inggris”.
Suara tawa
pun semakin meriuhkan dan tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Sang guru pun
menuju ke luar kelas dan terus berfikir keras dimana letak kesalahannya itu **
Disiplin
Buang Sampah
Karya
: Fitriana Rafi’ Dzakiyyah (12)
Dua orang Mahasiswi sedang
berjalan berdampingan di salah satu koridor sebuah universitas ternama. Salah
satu Mahasiswi tampak mencorat-coret sebuah kertas kosong di tangannya. Sebut
saja Kay dan Rara. Rara, Mahasiswi yang satunya lagi, hanya memperhatikan Kay.
Keduanya memasuki salah satu kantin kampus yang
tampak sepi. Hanya ada penjual, tiga orang Mahasiswa di sudut kanan, sekumpulan
Mahasiswi yang sedang menggosipkan berita-berita masa gitu, dan kelompok
Mahasiswa pecinta alam yang sayup-sayup terdengar sedang menggosipkan acara
penembakan di puncak gunung yang berstatus ‘awas’ (hanya bisa dilakukan
oleh profesional, tidak untuk ditiru). Sepi, sepi ketenangan maksudnya.
“Kenapa,
sih? Kok, dari tadi ngomel-ngomel terus?” Tanya Rara
Kay
memperlihatkan kertasnya yang berisi seperti karikatur orang Belanda yang
sedang menyiksa rakyat pribumi beberapa abad silam.
“Sumpah,
ya, orang Belanda itu nggak berperike-Indonesiaan, nggak
berbudaya, nggak punya tata karma, PHP!” ujar Kay, menerjemahkan tulisan dengan
bahasa Inggris di gambar tersebut.
“Ironis banget,
negara-negara penjajah kayagitu jadi negara maju. SQ sama EQnya aja
nol! Gimana bisa coba?” Kay meremas kertas di tangannya, kemudian
membuangnya ke sembarang tempat.
Tanpa
sepengetahuan Kay, Mahasiswi berkebangsaan Eropa yang tadi duduk membelakangi
mereka kelilipan kertas yang dilempar Kay tadi. Ia membuka kertas
tersebut dan membacanya dengan kening berkerut. Kemudian, ia membuangnya ke
tong sampah terdekat. Diangkatnya tong sampah tersebut lalu menunjuk tulisan
‘TEMPAT SAMPAH’ yang menempel pada tong tersebut kepada Kay.
“Tadi
kamu tanya ‘gimana bisa’? Ya, seperti itu. Dimulai dari kebiasaan kecil
positif seperti membuang sampah pada tempatnya. Jelas dong, rakyatnya yang
disiplin bisa maju.” Tanggap Rara.
“Kamu
kenal, Ra? Jangan bilang dia orang….”
“Menurut
LO?! Makanya kalau bicara itu, direm! Yang masih buang sampah
sembarangan seperti kamu aja masih banyak. Mau maju? Gimana bisa
coba?”
Naas,
tidak cukup keselek bakso panas bin pedas, Kay juga lupa meletakkan
sedotannya di mangkuk sambal. Sebegitu terkejutnya.
Advokat
Karya : Ilham Catur Handoko
(13)
Pada suatu hari di sebuah kampus, sedang
berlangsung mata kuliah Sosiologi Hukum. Dan terdapat seorang Dosen, dia
bertanya kepada dua mahasiswanya, yang bernama Anita dan Ryan.
Dosen : Saudari
Anita, coba utarakan seringkas mungkin kondisi penegakan hukum di Negara kita tercinta
ini...!!, tanyanya;
Anita
: Menurut pikiran saya, kondisi hukum di Indonesia, bagaikan
sarang laba-laba!!, jawabnya tegas;
Dosen : Kenapa
anda bisa menggambarkannya seperti itu, coba jelaskan apa maksudnya!!, tanyanya
lagi;
Anita
: Kalau kelas lalat, pasti akan tertangkap dan tidak dapat
berkutik pak!, sedang kalau kelas kumbang, waaah...jebool pak!!;
Dosen :
Kalau kelas tikus?
Anita
: Tak tahu pak.....!
Mahasiswa lainnya
: Hahahaha... (tertawa)
Dosen : Ok, sekarang
saya mau bertanya kepada saudara Ryan. Apa yang dimaksud dengan Advokat?, tanya
Dosen;
Ryan
: Menurut saya, Advokat itu suatu pihak yang mendukung atau
membela pihak yang telah menyewanya. Advokat merupakan kepanjangan dari “Ada
Duit adVOKasi All ouT”, jawabnya;
Dosen : Haaah....!!
Mahasiswa lainnya :
Hahahaha... (kembali tertawa)
Salah Tontonan
Karya :
Krisna Wahyu Wardhana (14)
Di sebuah taman kanak-kanak yang ramai,
anak-anak kecil sedang menunggu ibu guru masuk. Tak beberapa lama, ibu guru
masuk. Ibu guru langsung menugasi setiap anak untuk maju ke depan dan
menyanyikan sebuah lagu.
Anak pertama maju dengan percaya diri, lalu
menyanyikan lagu bintang kecil.
“.............. Jauh tinggi ke tempat kau
berada” Selesai bernyanyi tepuk tangan yang riuh menyambut anak itu.
Setelah itu, ibu guru menyuruh anak kedua untuk
maju. Dengan ragu-ragu, anak itu maju dan mulai menyanyikan lagu yang sering ia
dengar.
Anak
: “Tutupen botolmu, tutupen oplosanmu, emanen nyawamu,
ojo mbok terus-teruske........”
Guru
: “Stopppp... Lho kok malah nyanyi lagu itu dek?”
Anak
: “Banyak lagu gitu di TV bu, ada goyangannya juga loh
bu, mau lihat?”
Guru
: “Ndak usah”
Anak
: “Goyangannya bagus loh bu”
Guru
: (menggerutu dalam hati) “Jaman sekarang emang
banyak tontonan yang kurang pas”
Guru itupun terheran akan apa
yang dikatakan anak itu. Ibu guru tersebut tidak menyangka begitu banyaknya
tayangan televisi yang kurang sesuai dengan anak usia dini.
Ngirit Bahan
Karya :
Latifah Hasanah (15)
Seorang ibu dan anaknya sedang
berbelanja di sebuah toko baju
Ibu :”Nak, kamu mau pilih
desain baju yang seperti apa?”
Anak :”Yang ini saja bu, lebih bagus kalau
dipakai”
Ibu :”Seharusnya desain
bajunya lebih panjang. Biar kelihatan muslimah nak”
Anak :”Tidak usah bu, kan ngirit bahan”
Ibu :”-_-“
RUMAH KURANG
SEHAT
Karya : Noorman Fakhrizal (16)
Pada siang
hari yang panas datanglah seorang kakek dengan naik becak dan mengenakan sarung
di tubuhnya ke IGD rumah sakit yang putih berkilau.Ternyata kakek tersebut luka
bakar di sekujur tubuhnya akibat pangkalan bensin ecerannya meledak pada saat
yang bersamaan datang seorang ibu dengan banyak logam berharga di tangan dan
lehernya sambil memegang daun telinga kanannya yang sobek akibat anting ditelinganya
nyangkut saat melepas helm.si kakek dan ibu tersebut ditangani oleh beberapa
perawat.perawat bertanya pada si kakek
“maaf
pak..punya kartu BPJS atau tidak?”
“punya
sus..”
Kata si kakek,lalu perawat
menjawab
“oh kalau
begitu bapak tunggu dulu ya...”
Si perawat melanjutkan tugas
pada si ibu
Setalah
dipertimbangkan si kakek dirawat inap dan ibu rawat jalan dengan satu anting di
telinga kirinya.si kakek ditempatkan disatu ruangan dengan dua pasien dan penuh
dengan orang-orang yang menjenguk. Si kakek didampingi anak dan cucunya.
Setelah satu hari kakek hanya satu kali dicek oleh perawat , lalu anak si kakek
bertanya pada pendamping pasien yang berada di sampingnya
“pak..rumah sakit ini menerima BPJS apa tidak ya?”
Lalu ia menjawab
“iya pak rumah sakit ini
menerapkan BPJS, ini ibu saya ditengok perawatnya 2 hari sekali, masalahnya
saya belum melunasi biaya rawat inap, mungkin BPJS itu Bayar Pas Jiwa Selamat
ya pak..”
“iya pak”
Maling Saja Tetap Merasa Benar
Karya : Oktavia Nur Rohmawati
(17)
Masyarakat
kampung Manggis dibuat resah oleh kelakuan Mardi yang suka mencuri. Mula-mula
ia hanya mencuri sandal milik Edy yang masih baru. Ketika mengambil sandal itu,
Mardi meninggalkan sandal jeleknya.
Hari berikutnya Mardi mencuri pakaian jemuran lalu motor milik penduduk
kampung. Beberapa orang kemudian sepakat untuk melaporkan tindakan Mardi kepada
polisi.
Polisi : “Saya
mendapatkan laporan dari masyarakat . Apa benar kamu mencuri sandal milik Edy?”
Mardi : “Benar, pak”
Polisi :
“Mengambil jemuran milik Anita?”
Mardi : “Benar, pak”
Mardi menjawab dengan tenang seperti tanpa merasa bersalah.
Polisi : “Mencuri
motor milik Pak Johan?”
Mardi : “Benar, pak”
Polisi : “Kalo
begitu kamu telah melanggar aturan dan harus dihukum”
Mardi
: “Loh pak kenapa saya dihukum? Saya kan telah berkata jujur. Lagipula setiap
saya mengambil barang-barang itu, saya selalu tinggalkan barang milik saya yang
sudah jelek. Ambil sandal baru, tinggalkan sandal jepit lama saya. Ambil
jemuran, saya tinggalkan baju bodol saya. Saya ambil motor, juga saya
tinggalkan sepeda butut saya.”
Polisi : “Maksud
kamu apa?”
Mardi
: “Itu artinya saya telah meninggalkan kejelekan dan mengambilkan kebaikan,
pak. Lalu salah saya dimana?”
Polisi : “!@#$%?”
Batal Ditilang
Karya : Rizki Nur Azizah (18)
Ngkong adalah seorang pelajar SMA yang nakal. Dia punya sebuah sepeda motor
yang sudah tidak layak pakai dan bunyinya pun memekakkan telinga. Dia selalu
mengendarai motor bututnya dengan ugal-ugalan. Suatu hari, dia berniat untuk
pergi ke sebuah warnet di sebelah alun-alun kotanya. Seperti biasa, dia tidak
pernah mematuhi peraturan lalu lintas. Dia tidak pernah memakai helm, membawa
STNK, belum mempunyai SIM, padahal umurnya sudah lebih dari 17 tahun, dan
motornya pun sudah tidak layak pakai. Dia mengira hari itu tidak ada razia
polisi lalu lintas, tetapi perkiraannya itu salah. Saat melewati jembatan dalam
perjalanan menuju warnet, dia melihat kerumunan orang yang sedang kebingungan.
Dia mendekati kerumunan itu, dan ternyata itu adalah sebuah razia polisi lalu
lintas. Karena jarak Ngkong dan polisi itu sudah terlanjur dekat, dia tidak
dapat memutar arah untuk menghindari razia itu. Dia pun terpaksa menghadapi
polisi yang garang itu dengan berpura-pura menampakkan wajah tenang. Dia
mencoba mencari cara agar dia tidak kena tilang.
Karena melihat badge nama polisi itu bertuliskan “Karto Sukaryo”, dia
spontan berkata
Ngkong : “Eh Pak Karto, apa kabar pak?”( sambil tersenyum ramah)
Polisi : “Karto.. Karto.. emang ngkong lu? Nama panggilan saya juga Karyo! Dasar sok kenal!” (dengan wajah geram)
Ngkong : “Ampun pak,ampun. Eh, kok bapak tahu nama saya?” (dengan wajah penasaran)
Polisi : “Udahlah, tidak usah banyak bicara. Anda saya tilang karena Anda tidak mematuhi peraturan lalu lintas”
Ngkong : “Lho, emang salah saya apa pak?”
Polisi : “Sudah salah, nggak nyadar lagi. Kenapa Anda tidak memakai helm?”
Ngkong : “Helm saya rusak pak, ini juga mau beli”
Polisi : “Kalau begitu, serahkan SIM dan STNK anda!”
Ngkong : “A-aa-anu-anu itu pak, SIM saya ketinggalan di rumah, dan STNK sedang dalam proses pembuatan pak” (jawab Ngkong dengan gelagapan”
Polisi : “Alah, banyak alasan anda. Tunggu sebentar, saya akan buatkan surat pengantar sidang untuk Anda”
Ngkong : “Eits, tidak bias begitu dong pak. Masa gara-gara kaya gini aja mau disidang. Gimana nasib rakyat kecil seperti saya ini pak? Coba kalau presiden yang ada di posisi saya sekarang, apa bapak juga akan menyidangnya?”
Polisi : “Banyak omong ya kamu, sudah nurut aja sama peraturan!”
Ngkong : “Enak aja, gini-gini saya nggak mau disidang pak. Gimana kalau saya beli helm dan ambil SIM saya dulu pak? Nanti saya balik lagi kesini kok pak”
Polisi : “Nanti kamu pasti mau kabur, iya kan? Nggak boleh!”
Ngkong : “Ok, gimana kalau saya kasih uang bapak Rp100.000,-? Gimana pak?
Polisi : “Tetep nggak boleh!”
Ngkong : “Rp200.000,- gimana pak?”
Polisi : “Wah, lumayan tuh buat beli rokok. Ya sudah, sini. Mana uangnya?”
Ngkong : “Waduh, itu masalahnya pak. Uangnya nggak saya bawa. Begini pak, gimana kalau saya ambil uangnya dulu?”
Polisi : “Ya sudah sana, cepat kembali ya..”
Ngkong : “Oh, iya pasti pak. Terimakasih banyak pak”
Polisi : “Karto.. Karto.. emang ngkong lu? Nama panggilan saya juga Karyo! Dasar sok kenal!” (dengan wajah geram)
Ngkong : “Ampun pak,ampun. Eh, kok bapak tahu nama saya?” (dengan wajah penasaran)
Polisi : “Udahlah, tidak usah banyak bicara. Anda saya tilang karena Anda tidak mematuhi peraturan lalu lintas”
Ngkong : “Lho, emang salah saya apa pak?”
Polisi : “Sudah salah, nggak nyadar lagi. Kenapa Anda tidak memakai helm?”
Ngkong : “Helm saya rusak pak, ini juga mau beli”
Polisi : “Kalau begitu, serahkan SIM dan STNK anda!”
Ngkong : “A-aa-anu-anu itu pak, SIM saya ketinggalan di rumah, dan STNK sedang dalam proses pembuatan pak” (jawab Ngkong dengan gelagapan”
Polisi : “Alah, banyak alasan anda. Tunggu sebentar, saya akan buatkan surat pengantar sidang untuk Anda”
Ngkong : “Eits, tidak bias begitu dong pak. Masa gara-gara kaya gini aja mau disidang. Gimana nasib rakyat kecil seperti saya ini pak? Coba kalau presiden yang ada di posisi saya sekarang, apa bapak juga akan menyidangnya?”
Polisi : “Banyak omong ya kamu, sudah nurut aja sama peraturan!”
Ngkong : “Enak aja, gini-gini saya nggak mau disidang pak. Gimana kalau saya beli helm dan ambil SIM saya dulu pak? Nanti saya balik lagi kesini kok pak”
Polisi : “Nanti kamu pasti mau kabur, iya kan? Nggak boleh!”
Ngkong : “Ok, gimana kalau saya kasih uang bapak Rp100.000,-? Gimana pak?
Polisi : “Tetep nggak boleh!”
Ngkong : “Rp200.000,- gimana pak?”
Polisi : “Wah, lumayan tuh buat beli rokok. Ya sudah, sini. Mana uangnya?”
Ngkong : “Waduh, itu masalahnya pak. Uangnya nggak saya bawa. Begini pak, gimana kalau saya ambil uangnya dulu?”
Polisi : “Ya sudah sana, cepat kembali ya..”
Ngkong : “Oh, iya pasti pak. Terimakasih banyak pak”
Akhirnya Ngkong pun melanjutkan perjalanannya ke warnet tanpa mempedulikan
polisi yang hendak menilangnya tadi.
Niat Baik
Karya : Roro Crisanthy
Suparyanto
Pada pagi hari yang damai di
suatu kelas, terlihat salah seorang siswanya duduk termenung di pojok belakang
kelas. Siswa lain terlihat acuh dan sibuk sendiri dengan peralatannya
(mengerjakan tugas). Dengan wajah ceria seorang siswa lain yang baru masuk
kelas, menghampiri dan duduk tepat di depan siswa yang murung tersebut.
SC
: “Kamu kenapa?” (Menggoyangkan tangan di depan wajah temannya)
SM
: “Nggak kok, nggak apa-apa. Kamu ngapain ke sini?” (Menjawab dengan
wajah
datar)
SC
: “Ck, sebagai teman yang baik, pengertian dan peka aku langsung ke
sini lah..
Wong ada temennya yang kelihatan sedih banget, kamu sebenere kenapa?”
Seperti tersadar oleh sesuatu, siswa yang tadinya murung tiba-tiba menegakkan duduknya
dan memasang tampang lusuh lagi. Dengan suara pelan dia berbicara.
SM
: “Emangnya kalo aku ngomong apa masalahku, kamu mau mbantu?” (Dengan
nada penuh
harap)
SC
: “Pasti lah, pokoknya apapun buat temenku yang ini, hehee”
SM
: “Ya aku tahu, kamu kan pinter, baik, cantik lagi. Ayo ikut aku”
Dengan cepat si SC menarik tangan SM ke bangkunya, dan dia mengeluarkan
setumpuk buku.
SM
: “Kamu baik banget deh, mau ngerjain tugasku.. yang ini dikumpulin nanti
waktu
pelajaran pertama, yang ini buat pelajaran keempat, terus yang ini buat
pelajaran
terakhir. Makasih ya.. aku mau kumpul ekstra dulu”
Dengan wajah
yang sudah ceria, SM meninggalkan SC yang masih mematung di tempatnya semula
sambil ditepuk pundaknya oleh DT.
SARJANA BELAJAR MEMBACA
Karya : Titis Rahfaprilia Indarti (20)
Siang ini matahari bersinar
terang. Teriiiik sekali. Jam tangan Cia menunjukkan pukul 12 tepat. Dengan
motor bebeknya, Cia menembus hari yang panas itu menuju ke sebuah terminal bus
untuk menjemput tantenya yang datang dari Jogja.
Cia duduk di kursi panjang dekat loket bus.
Dilihatnya sekeliling.
“Wah, ramai juga ya”
“Yaiyalah, namanya juga
terminal. Gimana sih mba” tiba tiba seseorang di sampingnya angkat bicara
sambil menghembuskan asap rokok dengan santainya.
“Iya juga ya pak. Namanya juga
terminal. Kan tempat umum, pasti ramai. Pasti juga ada saja yang melanggar
peraturan. Haha”
“Iya, itu contohnya (menunjuk
pengamen jalanan). Ini kan tempat umum, mereka itu mengganggu penumpang bus.
Padahal hanya nyanyi sekenanya, tidak bagus, tapi minta bayaran. Dan lagi,
sudah tertulis di sekitar terminal ini kan kalo ngamen itu gratis? Berarti
pengamen itu seharusnya tidak dibayar. Apa mereka belum lulus baca tulis?”
Bapak itu asik mengomel.
Cia mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh
Bapak itu dengan seksama.
“Bapak sudah lulus baca
tulis?” tanya Cia kemudian.
“Kamu mengejek? Saya sudah
sarjana ya. Asal tau saja”
“Kalau sudah sarjana, berarti
sudah lulus baca tulis. Seharusnya Bapak dapat membaca dengan jelas tulisan di
tembok ini (Cia menunjukkan tulisan yang bertuliskan ‘KAWASAN BEBAS ASAP
ROKOK!’) dan tulisan di bungkus rokok Bapak itu.”
Bapak itu terdiam. Lalu membaca tulisan-tulisan
seperti yang dikatakan Cia.
“Di rokok Bapak tertulis
‘Merokok Membunuhmu’ kan? Bapak sudah bosan hidup? Kalau begitu.. (Cia berdiri)
mari saya antarkan. Itu banyak bus berkeliaran kan. Mungkin dapat membantu
mempercepat Bapak untuk . . .”
Bapak itu menatap Cia heran sebelum
meninggalkannya. Entah apa yang ada dipikirannya. Mungkin dia mengira Cia adalah
mata-mata FBI dari USA yang sedang membasmi perokok tampan di Indonesia (wah).
Cia tertawa terbahak-bahak melihat kelakukan Bapak itu. Lalu..
“Ciaaa” sesosok wanita muda
melambaikan tangannya pada Cia.
Cia menghampiri wanita itu, tantenya. Saat itu
sudah pukul 2 siang. Sinar matahari sudah tidak begitu menyengat. Cia pun
pulang bersama tante Clara. Dan bapak itu? Entahlah. Cia tidak tahu dimana dia.
Mungkin sedang menyadarkan perokok lain di terminal itu. Yaaa.. Semoga
saja.
Pencuri
Sandal dan Wanita Cantik
Karya : Wiwit Nurul Aini (21)
Setelah beberapa hari diadili akhirnya hakim
memvonis Nek Ijah dipenjara selama 1 tahun. Nek Ijah pun dijebloskan di penjara
dan bertemu dengan seorah wanita cantik.
Wanita Cantik : “Kesalahan kamu apa? Kok divonis 1 tahun?”
Nek Ijah
: “Saya mencuri sandal di masjid.”
Wanita Cantik : “Hanya mencuri sandal? Lama sekali hukumanmu.”
Nek Ijah
: “Memang. Lantas kesalahanmu apa?”
Wanita Cantik : “Saya memakai uang rakyat.”
Nek Ijah
: “Berapa tahun hukumanmu?”
Wanita Cantik : “Tak jauh berbeda. 1,5 Tahun.”
Nek Ijah
: “Ooh.. Tak jauh berbeda. Mungkin sandal yang aku curi harganya sebanyak
uang rakyat yang kau pakai.”
Wanita cantik : krik krik...
Korupsi
Karya : Zainul Akhyar (22)
Para petinggi dunia sedang
berkumpul pada sebuah rapat penting yang membahas tentang penanganan korupsi
dari masing-masing negara mereka.
Seorang petinggi dari
Negara A menyampaikan usulannya yaitu, dengan menghukum gantung orang yang
telah mengambil aset-aset negaranya
Seorang dari Negara B
juga menyampaikun pendapatnya bagai mana kalau yang melakukan kegiatan
korupsiI dihukum dengan dihukum penjara seumur hidup serta di denda
sesuai dengan uang yang di korupsinya
Akhirnya tiba giliran
dari Negara Indonesia , petinggi negara dari Indonesia pun mengutarakan
pendapat nya jika orang yang melakukan tindak korupsi dihukum dengan cara
memelihara tikus sesuai dengan jumlah uang yang di korupsinya.
Lalu semua petinggi dari
negara-negara lain pun bertanya tanya dengan pendapat dari petinggi negara
Indonesia
Dengan penuh percaya diri dan sangat bangga seorang petinggi dari
Negara Indonesia menjelaskan supaya para koruptor tidak melakukan korupsi
sapi terus menerus.
No comments:
Post a Comment